Jumat, 07 November 2008

My First Love, My First Boy Friend is You

Dear deary…

Dua hari aku pergi ke Hongkong so dua hari aku nggak masuk sekolah. Rasanya aku kangen banget dech sama teman-teman aku. Tapi, rasa kangen itu akan segera terobati, besok aku akan sekolah lagi...

Buku deary warna pink bergambar hello kitty kembali diisi dengan goresan tinta yang indah berwarna pink dari tangan Sevel.

***

Pagi ini mentari bersinar begitu cerah, ikut merasakan kebahagian Sevel melepas rasa kangennya sama sekolahnya. Seperti biasa, Sevel berangkat sekolah ditemani Honda Zazz Pink kesayangannya.

“Uh akhirnya aku sampai juga di sekolah”, ucap sevel turun dari mobil kesayangannya dengan wajah gembira.

Sembari berjalan menuju kelasnya yang jauh dari parkiran, Sevel menyapa teman-temannya dengan senyuman manisnya. Seluruh sekolah tahu Sevel Letizia Rivera Prasetio adalah seorang anak yang cantik, baik hati, pintar, populer, dan juga tidak sombong meskipun dia anak Pramono Prasetio, orang terkaya di Kota itu.

Lagi asyiknya menyapa teman-temannya, tiba-tiba seorang anak cowok menabrak Sevel.

“Aduh”, Sevel terjatuh.

“Kamu nggak apa-apa?Maaf, aku bener-bener nggak sengaja, tadi aku buru-buru banget”, si cowok meminta maaf dengan penuh rasa bersalah.

“Nggak apa-apa kok, tapi lain kali lebih hati-hati lagi yah”, jawab Sevel menahan rasa marah, sembari pergi meninggalkan cowok itu.

“Cewek itu cantik banget, baik lagi”, ucap si cowok memperhatikan Sevel pergi.

***

“Hai, dah masuk Vel? Kapan ni balik dari Hongkong? Kok nggak bilang-bilang sie mu balik, aku kan bisa jemput kamu di bandara”, sapa teman sebangku Sevel yang sekaligus sohibnya dari kecil.

“Kemarin! buat apa siey bilang-bilang ke kamu ntar yang ada semua belanjaanku nggak nyampe ke rumah deh”, jawab Sevel dengan wajah penuh canda.

TeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeT. Suara bel berbunyi. Anak-anak berhamburan masuk kelas.

“Pagi, anak-anak”ucap Bu Guru menyapa murid-murid kelas xi IA 3.

“Sevel, dah masuk? kapan balik dari Hongkong?”, pertanyaan yang sama dengan sahabatnya diucapkan Bu Guru.

“Kemarin sore, Bu”, jawab Sevel Ramah.

Bu Santi mulai asyik mencatat rumus-rumus fisika dipapan tulis. Sevel membalikan badannya, mengambil pulpennya yang jatuh, tiba-tiba mata indah Sevel menangkap sesosok anak laki-laki yang duduk dibangku paling pojok. Eh, itukan cowok yang nabrak aku tadi, siapa yach?kok ada di kelasku. Batin Sevel penasaran.

***

Teeet, suara bel berbunyi, tandanya waktu belajar selesai. Anak-anak berhamburan ke luar kelas.

“Li, cowok yang tadi duduk paling pojok sapa siey, kayanya aku baru ngelihat dia dech, murid baru yah?”, tanya Sevel sambil berjalan menuju parkiran.

“Yup, betul sekali, dia murid baru dikelas kita, namanya Pratama Putra Tristanto, ini hari ketiga dia sekolah disini! Kenapa kamu tanyain dia?Kamu naksir yah?Akhirnya, sahabatku ini mendapatkan serpihan hatinya, beruntung sekali cowok itu menjadi calon pacar sahabatku ini”, jawab Lisen dengan wajah penuh canda.

“Apa-apaan siey kamu, siang hari gini nggosip, Cape dech! Aku Cuma tanya aja, tadi pagi cowok itu nabrak aku!”

“Nabrak lho?Wah, kaya di Film-film yach?,pertemuan pertama yang mengesankan, so sweet”, ucap Lisen.

“Apaan siey, gak penting banget, udah ah, Aku balik niey. Mu bareng nggak?”

“Bareng, jangan marah donk. Gue kan Cuma becanda!”

***

“Vel, nyari boneka dulu yu, ponakan aku ultah besok”, kata Lisen menarik tangan Sevel ke toko boneka.

Lagi asyiknya melihat boneka, mata Sevel berhenti disebuah Boneka babi warna abu, dihiasi pita berwarna pink. Boneka yang sangat lucu. Boneka ini mirip boneka dari Tamtam yang hilang di Paris. Tamtam, kamu dimana sekarang? Aku kangen banget ma kamu. Batin Sevel. Mata Sevel berkaca-kaca.

“Vel,, Vel??,, Sevel!!”, panggil Lisen mengagetkan Sevel.

Sevel terperangah kaget. “Vel, lho kenapa??Lho sakit?”, tanya lisen khawatir.

“Aku nggak apa-apa kok,”jawab Sevel santai.

***

“Sevel? Lisen?, Kalian makan disini juga. Gabung Yu”, sapa cowok ganteng yang sedang duduk menunggu makanan datang, yang tak lain adalah Putra.

Sevel, Lisen dan Putra makan dalam meja yang sama.

Sejak dari toko boneka tadi, bayangan Tamtam selalu ada dalam pikiran Sevel.

“Mbak Nasi udang Kriuk asam manis satu, sama Jus Strobery”, kata Lisen memesan makanan.

“Mbak yang satunya apa?” tanya pelayan restoran ramah.

“Vel, SeveL??”, panggil Lisen menyenggol tangan Sevel, membuyarkan lamunan Sevel.

“Ya, apa??” jawab Sevel keluar dari lamunannya.

“Lo mu makan apa?” tanya Lisen.

“Samain aza dech?”,

“Udang?? Sejak kapan lo makan udang??

“Oh kamu pesen udang? Gak jadi mbak, Ayam z Dech”.

Sevel tak sadar Putra menatapnya heran.

“Sev, bonekanya lucu banget! Buat ade ya?”, tanya Putra dengan mata tertuju pada boneka yang baru dibeli Sevel.

“Nggak, boneka ini buat aku, aku baru beli barusan, abis lucu banget siey”, jawab Sevel.

“Oh, boneka kamu kirain…”, ucap Putra tanpa menyelesaikan omongannya karena dipotong Sevel.

“Kirain apa? Salah ya, aku beli boneka?”, Sevel memotong ucapan putra dengan nada kesel.

“Nggak, nggak salah kok beli boneka! Cuman boneka itu, mengingatkan aku pada seseorang, seseorang yang…”, jawab Putra.

“Woy, kok gue dicuekin??”, tanya Lisen memotong omongan Putra, karena kesal.

Sevel dan Putra yang sedang asyik ngobrol serentak diam. Keduanya menatap Lisen kaget.

“Lo kok kalian pada ngeliatin gue gitu sie? Da yang salah ya ma gue?”, Tanya Lisen heran karena Sevel dan Putra menatapnya bersamaan.

“Nggak!”, jawab Sevel dan Putra kompak.

***

Malam minggu adalah malam yang indah bagi anak-anak seusia Sevel. Malam dimana mereka pergi ngdate bareng pacarnya. Tapi, tidak demikian buat Sevel. Malam minggu sama kaya malam biasa, Banyak cowok sesekolahnya yang berlomba untuk mendapatkan cinta Sevel. Tapi, tak ada seorang pun yang dapat meluluhkan hati Sevel. Karena cinta Sevel hanya untuk Tamtam.

Dear Deary

Deary, aku kangen sama Tamtam. Aku gak tahu kabar dia. Aku juga gak tahu dia dimana?.Deary, akhirnya aku dapat boneka yang mirip sama boneka yang dikasih Tamtam buat aku. Sambil memeluk boneka,Sevel kembali menulis di dearymya. Deary Hello Kitty pink ini, digoresi tinta kembali, namun kali ini warna tintanya abu,warna kesukaan Tamtam (cimon Sevel).

Warna abu melambangkan kesedihan Sevel memendam rasa rindu yang teramat dalam terhadap Cinta Monyetnya.

***

Dearyku ku merindukannya.

Pujaanku kau ada dimana..

HP Sevel berbunnyi. Lagu duo ratu ini seakan melambangkan apa yang sedang Sevel rasakan. Kerinduan yang sangat dalam.

085159124***

Calling

Sevel berjalan dari meja belajarnya menuju tempat tidurnya.

Nomer baru siapa yach?. Batin Sevel.

“Hallo, Assalamualaikum. Ini siapa yach?”, Sevel menjawab Teleponnya.

“Waalaikumsalam. Ini Putra, Vel. Maaf Putra ganggu malem-malem.”, jawab Putra.

“Oh kamu Put!, ada apa? Tumben nelpon.”, tanya Sevel.

“Vel, besok kan hari minggu, mau nggak kamu nemenin aku ke toko buku”, Dengan agak malu Putra mencoba mengajak Sevel pergi.

“Ke toko buku?, boleh tuh. Aku juga mu nyari buku”, jawab Sevel mengiyakan ajakan Putra.

“Makasih ya Vel, besok aku jemput kamu jam1 siang. Bye and met bobo”, Kata Putra senang.

“Okey, Bye. Met bobo juga”, jawab Sevel.

Sevel mematikan lampu kamarnya. Dan ia mulai memejamkan matanya.

***

Teeeeeeeet!! Suara bel di rumah Sevel berbunyi. Sevel menuruni tangga kamarnya, dan membuka pintu.

“Hi, dah siap?”, sapa Putra berdiri dibalik pintu yang baru Sevel buka.

“Udah, bentar ya ambil tas dulu”, Sevel berjalan menuju kamarnya.

***

Lagi asyik-asyiknya melihat buku, mata Sevel berhenti di sebuah buku. Buku yang mengingatkan Sevel akan Tamtam. Sambil menatap halaman depan buku itu, Sevel terdiam. Pikirannya kembali ke Tamtam. Melihat Sevel melamun, Putra datang membuyarakan semua lamunan Sevel.

“Vel, kamu kenapa?? Kok diam, kamu gak apa-apa kan?, tanya Putra membuyarkan semua hal yang ada dalam pikiran Sevel.

“Ng-ng-gak apa-apa kok,”, jawab Sevel kaget dan kemudian menaruh buku itu kembali ke tempatnya.

“Sakit setengah jiwa??” Putra menyebut judul buku yang dipegang Sevel tadi. “Itu kan buku cerita waktu aku kecil, ternyata masih ada sampai sekarang!!”.Putra mengambil buku yang tadi disimpan Sevel, dan membuka halamannya satu persatu.

“Put??, kamu suka buku cerita itu?”, tanya Sevel.

“Suka banget, ceritanya sangat menarik,. Buku itu menyimpan sebuah kenangan indah yang takkan pernah aku lupakan, forever.”, jawab Putra.

“Ternyata, bukan Vel aza yang suka buku cerita ini!!”, ucap Sevel sambil berjalan ke rak buku yang lain.

***

Seperti biasanya, setiap hari minggu, mall-mall selalu dipadati pengunjung. Tak ada satu tempat pun yang sepi. Begitu juga dengan FoodCourtnya. Sevel dan Putra berjalan dikerumunan orang untuk mencari meja yang kosong. Setelah mencari cukup lama, akhirnya mereka mendapat meja kosong yang berada paling pojok.

“Vel, mau makan apa?”, tanya Putra.

“Bakso yamin, kecapnya sedikit garemnya sedikit, nggak pake daun bawang,…”,

“Nggak pake seledri, kasih saus bawang sedikit. Airnya Es Lemon Tea”, potong Putra sok tahu.

“Kok kamu tahu makanan kesukaanku?”, tanya Sevel heran.

”Oh, itu makanan kesukaanmu, Vel?. Sama kaya makanan Favorit temen aku”, jawab Putra.

“Masa siey sama persis. O ya, kamu makan apa?” tanya SEvel

“Bakso kuah, nggak pake kecap, banyakin daun bawang, banyakin juga garemnya”, Putra memesan makanannya.

Makanan Putra sama kaya makanan favorit Tam-tam. Dia juga tahu makanan Favoritku. Apa mungkin dia Tamtamku yang aku cari selama ini. Batin Sevel penuh tanya.

***

Istilah I don’t like Monday tidak berlaku buat Sevel. Seperti biasanya, Sevel, menyapa teman-temannya dengan ramah dihiasi senyuman yang sangat indah dari bibirnya. Senin yang indah dimulai dengan pelajaran Matematika.

Sevel adalah siswa terpintar dalam pelajaran matematika di sekolahnya.. dia pernah mewakili sekolahnya mengikuti Olimpiade Tingkat Nasional, Dia mendapat juara 3 tingkat Nasional.

Waktu istirahat adalah waktu yang sangat anak-anak dambakan. Istirihat membuat siswa menjadi segar kembali.

Seperti biasa, buat seorang anak yang pintar perpustakaan adalah tempat yang paling enak buat istirahat. Namun kali ini, Sevel tidak pergi ke perpustakaan. Dia duduk di taman sekolah bareng sohibnya.

“Li, aku inget terus ma Tamtam, apalagi setelah aku jalan ma Putra”, Sevel menceritakan apa yang beberapa hari ini dia rasakan.

“Maksud lho, Vel?”, tanya Lisen menanggapi cerita sahabatnya itu.

“Kamu inget?, boneka yang babi aku beli, Putra bilang boneka itu mengingatkan dia pada seseorang.”, kata Sevel.

“Ya kan boneka kaya gitu tu banyak, bukan cuma satu aza,” komentar Lisen

“Ya, memang. Tapi bukan itu aza. Buku cerita yang dulu sering aku baca bareng Tamtam, Putra bilang buku itu Penuh kenangan yang takkan pernah terlupakan untuk selamanya. Dan yang lebih bikin aku penasaran,, Putra tahu makanan Favorit aku detil, dan makanan Favorit Putra sama kaya makanan Favorit Tamtam”, Sevel menceritakan semua rasa penasaran dalam pikirannya kepada sahabatnya.

“Apa? Serius Lho?, Gue aza yang udah sahabatan ma lho lama, masih gak hafal secara detil makanan favoritmu”, tanya Lisen menambah rasa ingin tahu didiri Sevel.

“Li, apa mungkin dia Tamtam yang aku cari selama ini? Tamtam sahabat kecilku, Tamtam cinta pertamaku, Tamtam yang selalu aku rindukan”, Tanya Sevel menceritakan apa yang dia rasakan selama ini.

“Vel, kalau kamu ingin tahu jawabannya. Kamu tanya sama Putra langsung. Kalau perlu sekarang”, Lisen memberi nasihat kepada sahabatnya.

TEEEEEEEEEEEEET,, belum selese Sevel mendengarkan saran dari sahabatnya, bel masuk kembali berbunyi. Setelah istirahat adalah pelajaran Fisika. Tidak seperti biasanya, Sevel yang selalu konsentrasi berubah menjadi Sevel yang suka melamun.

Teeeeeeeeeeeeet, bel pulang telah berbunyi, semua siswa behamburan keluar kelas. Termasuk Sevel, Lisen, Putra, dan Andi, namun mereka keluar paling belakang.

“Put, bisa tolong anterin Sevel ke suatu tempat nggak?, mobil Sevel mogok. Mau yah, Put!!!”, kata Sevel.

“Boleh aza, tapi mesti nganterin Andi dulu. Nggak pa2kan?”, Putra menerima ajakan Sevel.

“Put, kamu nggak usah anterin Andi. Andi bareng aku kok.”, kata Lisen memotong pembicaraan Sevel dan Putra.

“Ya, Put. Aku bareng ma Lisen. Kita mu jalan dulu”, kata Andi mengiyakan ucapan Lisen.

“Ya udah kalau gitu aku ma Sevel duluan yah. Bye!”, kata Putra pamitan.

“Bye”, jawab Lisen dan Andi kompak.

***

“Vel, sebenarnya kita mu kemana siey?”, tanya Putra.

Belum sempat Sevel menjawab Handphone Sevel berbunyi

Dearyku ku merindukannya..

1 message

Good Luck, my best friend.

Semoga kamu mendapat jawaban atas semuanya.

From Lisen

“Ke Danau deket Taman Bunga!, Sejawab Sevel.

“Ke danau, mau ngapain?”, Putra kembali bertanya.

“Ntar juga tahu!”, jawab Sevel membuat Putra penasaran.

***

Akhirnya Putra dan Sevel sampai di sebuah danau, dipinggiran kota. Danau yang sangat indah, yang akan membuat ingatan masa kecil Zizi dan Tamtam kembali. Danau yang indah di pinggiran kota. Masih sama seperti 10 tahu yang lalu. Keasriannya, keindahannya masih sama seperti dulu.

“Danau ini masih seperti dulu.”, Gumam Putra.

“Put, da yang mau aku tanyain. Maaf sebelumnya kalau kau tanya gini. Tapi, aku mohon kamu jawab jujur ya.”, Sevel memulai pembicaraan.

“Tanya apa Vel?, serius banget. Tanya aza, gak apa2 kok!”, jawab Putra.

“Put, kamu inget nggak? Beberapa hari yang lalu, di toko buku kamu bilang, buku cerita sakit setengah jiwa, menyimpan kenangan yang takkan pernah kamu lupakan, selamanya. Kenangan apa itu, Put?”, tanya Sevel agak ragu.

“Buku itu, dulu selalu aku bacain buat temen aku, buat sahabat kecil aku. Dia mendengarkan cerita itu dengan penuh konsentrasi, sambil memeluk boneka babi warna abu, dengan pita pink, sama kaya boneka yang kamu beli waktu itu.”, sambil mengingat kembali kenangan masa lalunya bersama zizi, Putra menceritakan kenangannya kepada Sevel.

Sevel terdiam. Matanya mulai berkaca-kaca, dan dia nggak bisa menahan air matanya keluar. Sevel yakin Putra yang ada disampingnya sekarang, adalah Tamtam yang selama ini dia cari dan dia rindukan.

“Kalian berdua duduk dibawah pohon dipekarangan rumah si anak perempuan yang gendut. Boneka anak perempuan itu adalah boneka pemberian dari si anak laki-laki sebagai hadiah ultah yang ke 5, sekaligus hadiah ulang terakhir. Karena anak laki-laki itu akan pergi jauh meninggalakn anak perempuan. Anak perempuan itu namanya Zizi, dan anak laki-laki itu Tamtam”, Sevel menyambung cerita Putra.

Putra kaget mendengar semua yang diucapkan Sevel.

“Vel, kok kamu tahu??”, tanya Putra kaget

“Put, aku Zizi, si anak gendut yang selalu bawa boneka babi warna abu kemanapun dia pergi, sampai suatu hari bonekanya hilang. Dan anak ini sangat-sangat sedih, karena boneka itu satu-satunya kenangan dari sahabat kecilnya”, Sevel menceritakan siapa sebenarnya dirinya kepada Putra.

“Vel, kamu benar-benar Zizi kecilku yang gendut?”, tanya Putra sedih karena bahagia.

“Ya,, aku Zizi”, jawab Sevel menitikkan air mata.

“Zi, maafin Tamtam. Tamtam udah ninggalin kamu. Tamtam ikut papa ke New Zeland, selama lima tahun Tamtam tinggal disana. Zi, sepulang dari New Zeland Tamtam ke rumah kamu, tapi kata tetangga Zi dah pindah. Zi, Tamtam selalu nyariin Zi”, Tamtam menjelaskan alasan dia meninggalkan Zizi.

“Ya, Tam. Zi maafin Tamtam. Tapi, Tamtam mesti janji. Tamtam nggak bakalan ninggalin Zizi lagi.”, dengan linangan air mata bahagia Zizi memberi maaf pada Tamtam.

“Ya, Tamtam janji. Tamtam nggak kan pernah ninggalin Zi lagi. Tam akan selalu ada disamping Zi, For Siempre. Karena, Tamtam sayang Zi, Te Amor, Zi.”, Tamtam mengungkapkan semua yang dia rasakan selama ini terhadap cinta monyetnya.

Dipinggir sebuah danau, dengan hembusan angin, Putra memeluk erat Zizi, seakan-akan Putra tidak mau kehilangan Zizi. Mereka terlarut dalam tangisan bahagia.

Tidak ada komentar: